Masa remaja (adolesence) merupakan peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa.
Dalam masyarakat industri, ketrampilan yang harus dikuasai oleh anak muda
begitu kompleks dan pilihan dihadapan mereka begitu beragam sehingga masa
remaja begitu luas. Akan tetapi ,
dimanapun di penjuru dunia ini tugas pokok periode ini adalah sama. Hal ini
yang dialami oleh Sabrina, Ia harus menerima badannya yang tumbuh dewasa,
memiliki cara berpikir dewasa, memiliki kebebasan yang lebih luas dari
keluarganya, mengembangkan cara-cara yang lebih dewasa dalam berhubungan dengan
rekan-rekan sebaya baik laki-laki maupun perempuan, dan mulai membangun sebuah
identitas, perasaan yakin akan siapa dia sebenarnya dari sisi seksual,
pekerjaan, moral ,etnik, agama serta nilai dan tujuan hidup lainnya.
Awal masa remaja ditandai dengan pubertas (Puberty), sebuah kumpulan peristiwa
biologis yang mengarah pada badan ukuran dewasa dan kematangan seksual. Seperti
ditunjukan oleh reaksi sabrina, memasuki
masa-masa remaja bisa menjadi masa-masa yang sangat menusahkan bagi sejumlah
anak muda.
Dalam
Bab ini kita akan, menelusuri peristiwa pubertas dan membahas beragam masalah
kesehatan latihan fiisik, nutrisi, aktifitas seksual , penyalagunaan
obat-obatan dan masalah-masalah lain yang memengaruhi para remaja yang mengalami
kesulitan dalam menuju masa dewasa.
1. Perkembangan
Fisik
v Konsepsi
tentang masa remaja
Para peneliti menyadari bahwa kekuatan
biologis dan kekuatan sosial tampaknya menentukan perubahan psikologis remaja.
o
Perspektif
Biologis
Menurut (Hall, 1904) masa remaja sebagai sebuah
periode yang begitu bergejolak hingga menyerupai era peralihan evolusi manusia dari makhluk
liar menjadi makhlluk beradab. Demikian juga,
(Anna Freud, 1969) yang memperluas fokus teori ayahnya, Sigmund Freud,
tentang masa remaja sebagai sebuah gangguan perkembangan universal yang
memiliki basis biologis. Dalam tahap genital (genital stage) Freud
mengatakan bahwa dorongan seksual bangkit kembali , menyulut konflik psikologis
dan perilaku berubah-ubah. Ketika remaja menemukan teman intim, kekuatan batin
secara bertahap mencapai keselaran baru dan matang, dan tahap itu diakhiri
dengan pernikahan, kelahiran dan pengasuhan anak. Dalam cara ini, anak muda
memenuhi takdir biologis mereka yaitu reproduksi seksual dan hidup species.
o
Perspektif
Sosial
Penelitian kontemporer mengungkapkan bahwa
pandangan tentanng usia remaja sebagai masa bergejolak terlalu
dibesar-besarkan. Benar bahwa masalah-masalah tertentu, seperi gangguan makan,
depresi, lebih sering terjadi dibanding masa-masa sebelumnya, akan tetapi
secara keseluruhan tingkat gangguan psikologis hanya mengalami sedikit
peningkatan sekitar tiga persen dari masa kanak-kanak . Sedangkaan pada masa
remaja hampir sama dengan populasi orang dewasa yaitu sekitar 15% (Robert Attkisson, 1998).
Saat
ini , kita tahu bahwa kekuatan biologis, psikologis, dan sosial bergabung
bersama memengaruhi perkembangan remaja (Magnuson, 1999). Perubahan biologis
sifatnya universal dijumpai pada semua
makhluk primata dan budaya. Tekanan batin dan pengharapan sosial yang menyertai
bahwa anak muda meninggalkan cara-cara kekanak-kanakan, mengembangkan hubungan
interpersonal baru, dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Masa remaja
memunculkan masa-masa ketidakpastian, keraguan diri, dan kekecewaan dikalangan
remaja.
Para ahli
membagi masa remaja menjadi 3 tahap yaitu :
1.
Remaja awal
(11-12 hingga 14 tahun) ini merupakan periode perubahan pubertas yang cepat.
2.
Remaja
Pertengahan (14-16 tahun) merupakan perubahan pubertas hampir selesai.
3.
Remaja akhir (16-18 tahun) merupakan sosok
anak muda yang mencapai penampilan dewasa sepenuhnya dan mengantisipasi asumsi
tentang peran orang dewasa.
Semakin
banyak diberikan oleh lingkungan sosial pada kaum muda dalam mengemban tanggung
jawab dewasa, semakin baik dalam mereka menyesuaikan diri. Bagi semua ketegangan biologis dan
ketidakpastian seputar masa depan yang dirasahkan oleh para remaja, kebanyakan
mereka mampu mengatasinya dengan baik dalam periode ini. Dengan melihat semua
ini mari kita melihat lebih dekat pada pubertas
yaitu gerbang bagi perkembangan remaja.
2. Pubertas:
Transisi Fisik Menuju Kedewasaan
Perubahan pubertas bersifat dramatis. Proses
hormonal genetik mengatur pertumbuhan pubertas, yaitu anak perempuan lebih
mengalami kematangan fisik sejak masa kehamilan, rata-rata mencapai masa
pubertas 2 tahun mendahului anak laki-laki.
v
Perubahan Hormonal
Perubahan hormonal kompleks yang mendasari
pubertas trjadi secara bertahap dan berlangsung di usia 8 atau 9 tahun. Sekresi
hormon pertumbuhan dan tiroksin meningkat menyebabkan pembesaran luar biasa
ukuran tubuh dan pencapaian kematangan tulang.
Kematangan seksual dikendalikan oleh hormon
seks. Sekalipun kita menganggap esterogen sebagai hormon perempuan dan androgen sebagai hormon
laki-laki kedua jenis ini ada dalam setiap kelamin tetapi dalam jumlah yang
berbeda.
v Pertumbuhan
Tubuh
Tanda
lahiriah pertama dari pubertas adalah pertambahan cepat tinggi dan berat badan
yang dikenal dengan pacu tumbuh (Growth
spurt). Rata-rata pacuh tumbuh dialami oleh anak perempuan setelah umur 10
tahun, dan oleh anak laki-laki sekitar usia 12 tahun. Oleh karena itu estrogen
memicu dan kemudian menahan sekresi GH lebih siap dibanding androgen, anak
perempuan biasanya lebih tinggi dan lebih berat selama masa remaja awal. Akan tetapi, diusia 14 tahun anak perempuan
diungguli anak laki-laki yang dipacuh tumbuh remajanya sudah mulai terjadi,
sementara pacu tumbuh anak perempuansudah hampir selesai. Pertumbuhan ukuran
tubuh selesai bagi kebanyakan anak perempuan di usia 16 tahun dan bagi anak
laki-laki di usia 17 tahun, saat epifisis pada ujung tulang panjang menutup
sempurna. Secara keseluruhan remaja bertamba tinggi 10 hingga 11 inci dan berat
50 hingga 75 pon mendekati 50% dari berat tubuh orang dewasa. Menunjukan
pertumbuhan pubertas dalam pertumbuhan secara umum.
v Perkembangan
motorik dan aktivitas fisik
Pubertas menyebabkan kinerja motorik kasar
semakin baik, tetapi pola perubahan ini berbeda pada diri anak laki-laki dan
perempuan. Perubahan pada anak perempuan bersifat lambat dan bertahap, dan
mengalami perubahan datar di usia 14 tahun. Sebaliknya anak laki-laki menunjukan
pacu tumbuh besar dalam hal kekuatan, kecepatan dan daya tahan yang terus
berlanjut hingga masa-masa remaja. Di tengah masa remaja pertengahan, sedikit
sekali anak perempuan yang memiliki kinerja sama baiknya seperti rata-rata anak
laki-laki dalam hal kecepatan lari, lompatan papan, dan jarak lemparan, dan
praktisnya tidak ada anak laki-laki tang memiliki skor sama rendah dengan rata-
rata anak perempuan. Oleh karena anak perempuan dan anak laki-laki secara fisik
tidak lagi sebanding, pendidikan jasmani dengan pemisahan laki-laki dan
perempuan biasanya di mulai di SMA atau SMP.
v Kematangan seksual
Terjadi
seiring pertumbuhan pesat tubuh adalah pertumbuhan ciri-ciri fisik terkait
pemfungsian seksual. Beberapa ciri , seksual primer melibatkan organ
reproduksi. Ciri-ciri lainnya, yang disebut dengan ciri seksual sekunder bisa
dilihat pada bagian luar tubuh dan berperan sebagai tanda lain kematangan
seksual misalnya perkembangan payudara dan munculnya bulu ketiak dan rambut
kelamin baik pada laki-laki maupun perempuan.
·
Kematangan
seksual pada anak perempuan.
Pebertas pada perempuan biasanya di mulai
dengan tumbuhnya payudara dan pacu tumbuh. Menarke atau menstruasi pertama,
biasanya terjadi sekitar usia 12 tahun.
Akan tetapi rentang usia itu sangat beragam, mulai 10 hingga 15 tahun.
·
Kematangan
seksual pada anak laki-laki.
Tanda
pertama pubertas pada anak laki-laki
adalah pembesaran testis (Kelenjar yang memproduksi sperma), disertai dengan
perubahan pada skrotum. Rambut kelamin tumbuh bersamaan dengan waktu pertama
penis mulai membesar (Clark, 2002). Dari sisi urutan peristiwa pubrtas, pacu tumbuh jauh terlambat pada anak
laki-laki dibanding anak perempuan. Ketika pacu tumbuh itu mencapai puncaknya
di sekitar 14 tahun pembesara penis dan testis hampir selesai, dan bulu ketiak
muncul. Begitu juga dengan rambut wajah atau tubuh, yang meningkat secara
bertahap selama beberapa tahun. Tanda lain kematangan fisik laki-laki adalah
pendalaman suara saat laring membesar dan pita suara memanjang. Selain itu
penis membesar, kelenjar prostat atau kandungan semen(yang memproduksi cairan
sperma)membesar. Kemudian sekitar usia 13 tahun, spermake atau cairan sperma
keluar untuk pertama kalinya (Rogol, Roemich dan Clark 2002). Untuk
sementara, air mani itu mengandung
beberapa sperma hidup. Jadi, seperti
anak perempuan, anak laki-laki memiliki
periode awal menurunnya kesuburan.
v Perbedaan
Individu dalam Perumbuhan Pubertas.
Keturunan berperan penting dalam pewaktuan
pertumbuhan pubertas. Pada kaum hawa, lonjakan berat tubuh dan lemak dapat
memicu kematangan seksual. Sel-sel lemak melepaskan protein yang disebut dengan
leptin. Yang diyakini menberi sinyal pada otak bahwa simpanan energi seorang anak perempuan telah cukup bagi
pubertas . Variasi dalam pertumbuhan
juga dijumpai di wilayah-wilayah di dunia dan di kalangan kelompok etnis dan SES. Kesehatan fisik memainkan
peran utama. Di daerah miskin tempat dimana mal nutrisi dan penyakit-penyakit
menular dijumpai menarke tertunda lama., terjadi paling cepat di usia 14-16
tahun di banyak daerh di Afrika. Di
negara – negara berkembang , anak perempuan dari keluarga kaya mngalami menarke
6-18 bulan lebih awal dari mereka yang tinggal di keluarga miskin (Parent dkk,
2003).
o
Perkembangan
Otak.
Perubahan fisik di masa remaja meliputi
perubahan besar dalam otak. Pencitraan otak menunjukan adanya pemangkasan
berkelanjutan terhadap sinapsis tidak terpakai dalam korteks serebral, terutama
lobus frontal sebagai pengatur pikiran
dan tindakan. Di samping itu, pertumbuhan dan mielinasi serat saraf
terstimulasi semakin cepat memperkuat hubungan di antara berbagai daerah di
otak. Terlebih lagi hubungan antara kedua belahan otak melalui korpus
kolosumdan antar lobus trontal dan darah-daerah otak lainnya.meluas dan
berkomunikasi dengan cepat (Keating , 2004). Perubahan otak remaja ini
mendukung beragam ketrampilan kognitif, termasuk semakin membaiknya tingkat
kecepatan pengolahan, atensi, memori, perencanaan, kemempuan mengintegrasikan
informasi dan regulasi diri.
o
Mengubah
Keadaan Rangsangan
Di masa pubertas, perubahan terjadi dalam
cara otak mengatur waktu tidur, mungkin karena semakin meningkatnya kepekaan
seraf terhadap cahaya malam hari. Akibatnya remaja tidur lebih lambat dibanding
ketika mereka masi anak-anak. Akan tetapi mereka tetep memerlukan waktu tidur
sebanyak yang mereka butuhkan di masa kanak-kanak pertengahan.
Fase tunda tidur ini menguat seiring
pertumbuhan pubertas. Akan tetapi remaja hari ini kerap kali memiliki aktifitas
kegiatan sosial dan kegiatan paruh waktu di malam hari. Akibatnya waktu tidur
mereka jauh berkurang dibanding remaja generasi sebelumnya (Jenni, 2004).
Remaja kurang tidur ini memilik kinerja sangat buruk terutama pada tugas-tugas
kognitif di pagi hari. Mereka cenderung berprestasi buruk di sekolah, merasa
tertekan dan terlibat dalam perilaku beresiko tinggi, termasuk mabuk-mabukan
dan sebagainya.
v Dampak
Pskologis Terhadap Peristiwa Pubertas.
Ketika anda
mengalami pubertas, bagaimana perasaan anda tentang diri anda dan hubungan anda
dengan orang lain berubah? Penelitian
mengunkapkan bahwa peristiwa pubartas memengaruhi citra diri, suasana hati dan
dan interaksi remaja dengan orang tua.dan rekan sebaya.
o
Reaksi Terhadap Perubahan Pubertas.
Bagi dua
generasi yang lalu, menarke merupakan sebuah peristiwa yang kerap kali
menakutkan. Saat ini, anak perempua umumnya bereaksi dengan terkejut tidak diragukan lagi karena kejadiannya
terjadi secara tiba-tiba. Jika tidak, mereka biasanya menceritakan gabungan
emosi positif dan negatif. Akan tetapi, ada perbedaan individu yang besar dan
bergantung pada pengetahuan sebelumnya dan dukungan dari para anggota keluarga
yang pada gilirannya dipengaruhi oleh sikap budaya terhadap pubertas dan
seksualitas.
v Perubahan
Pubertas, Emosi, dan Perilaku Sosial
Ada keyakinan umum bahwa pubertas memiliki
kaitan dengan kemurungan dan keinginan remaja bagi keterpisaan fisik dan
psikologis yang lebi besar dari orang tua.
o
Kemurungan
Remaja.
Kadar hormon pubertas yang lebih tinggi
berkaita dengan perasaan murung yang lebih besar, tetapi hanya sesederhana itu
(Becher, 1992). Faktor apa lagi yang mungkin berperan? Dalam beberapa studi,
suasana hati anak-anak, remaja,
dan orang dewasa dipantau engan meminta mereka penyeranta elektronik. Selama
seminggu, mereka diseranta secara acak dan diminta untuk menulis apa yang
tengah mereka perbuat, mereka sedang bersama siapa, dan bagaimana perasaan
mereka.
makasi banyak kak ilmunya
BalasHapushttp://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fnovrihadinata.wordpress.com