Untuk para pendidik se-tanah air
dalam implementasi saat KBM
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal
dari kata latin “movere” yang artinya bergerak. Adapun pengertian
mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain: Menurut Teaven dan Smith,
konstruksi yang mengaktifkan dan mengarahkan prilaku dengan memberi dorongan
atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas. Menurut Chauhan,
motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas pada organisme sehingga
terjadi suatu prilaku.
Wordworth, mengggunakan
istilah Drive atau motivasi adalah suatu konstruksi dengan tiga
karakteristik yaitu intensitas, arah dan persisten. Artinya motivasi dengan
intensitas yang cukup akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan
sesuatu secara tekun dan secara terus menerus (Djaali, 2001). Menurutnya
motivasi digelongkan menjadi tiga bagian: Pertama, Organic needs (kebutuhan
vital, seperti: makan, minum, dan lain-lain). Kedua, Emergency
motives, ditimbulkan karena suatu kebutuhan yang harus terpenuhi dan
tergantung pula pada keadaan lingkungan. Ketiga, Objectives motives dan
interest (Dakir: 1993). Menurut Eysenk dan kazvankatuan motivasi
dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan suatu tingkatan kegiatan,
intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan
konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep seperti minat, bakat,
konsep diri, sikap dan sebagainya.
Menurut Maslow (1943, 1970)
motivasi suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan tertentu seperti harga diri diantaranya (Slameto, 2003). David
McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown seperti dikutip oleh Wahjosumidjo
(1983), bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri
seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut McDonald motivasi ialah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat dari komponennya motivasi
memiliki dua komponen, yaitu: komponen dalam (Inner Component) dan
komponen luar (Outer Component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam
diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan atau kecemasan psikologis (Anxiety
of Psychology). Komponen luar adalah apa yang di inginkan seseorang, tujuan
yang menjadi arah perbuatannya (Hamalik, 2002).
Berdasarkan
beberapa pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah suatu kekuatan (Power), tenaga (Forces), serta daya (Energy),
atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex State) dan
kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri individu untuk bergerak (To A-love,
Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari.
Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri individu (Instrinsik) dan
dari luar diri individu (Ekstrinsik).
2. Jenis-jenis Motivasi
Salah
satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa agar mereka bisa
melaksanakan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif.
Adapun
jenis-jenis motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic
Motivation)
Motivasi
Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi instrinsik adalah motivasi atau
dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk
menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan
karena keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.
Bila seseorang telah
memiliki motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan
suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam
aktivitas belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak
memiliki motivasi instrinsik sulit sekali melakukan aktivits belajar secara
terus menerus. Perlu ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi
instrinsik cenderung akan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki
keahlian tertentu dan gemar belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic
Motivation)
Motivasi
ekstrinsik merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik
adalah dorongan yang aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari
luar, misalnya diakui, dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya, semuanya
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik
dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar.
Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar.
Guru yang berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa. Karena itu,
guru harus bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini dengan akurat
dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas (Djamarah, 2002).
3. Perinsip-perinsip Motivasi
Beberapa
prinsip motivasi yang dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar,
antara lain adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Kompetisi
prinsip
kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi.
Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri
pribadi masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan
waktu. Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang
satu dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi
untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misalnya perlombaan karya
tulis, lomba menjadi siswa teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya.
Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan
berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan
untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu.
Pemacu ini dapat berupa informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain.
Dalam hal ini motif teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai
tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam
upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran
yang diterima seseorang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu
yang menimbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan
sebuah reward yang memadai cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya
pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran,
prinsip hukuman juga dapat menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi
melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman itu. Hal yang harus diterapkan
secara proporsional dan benar-benar dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip Kejelasan Dan Kedekatan Tujuan
Makin
jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa
memahami tujuan belajarnya secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain
adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan
yang khusus dan lebih dekat.
e. Pemahaman Hasil
Dalam
uraian diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan feedback
dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk
melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang
akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus
menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang “balikan”, memiliki kaitan erat
dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, para pengajar
seharusnya selalu memberikan feedback kepada setiap unjuk kerja yang
telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang
telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan balik (Feedback) seperti
ini akan sangat bermanfaat untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah
dihasilkan untuk keperluan perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa
hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari
berkembangnya rasa gagal.
f. Pengembangan Minat
Minat
dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu
objek. Prinsip dasarnya adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat
apabila yang bersangkutan memiliki minat yang besar dalam melakukan
tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan
atau mengembangkan minat siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan
demikian siswa akan memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya
dapat menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan yang Kondusif
Lingkungan
kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat
menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif.
Untuk itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya
kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula
lingkungan sosial psikologis seperti hubugan antar pribadi, kehidupan
kelompok, kepemimpinan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan
dan sebagainya.
h. Keteladanan
Perilaku
guru secara langsung atau tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku
murid yang sifatnya positif maupun negatif. Perilaku guru dapat meningkatkan
motivasi belajar. Sehubungan dengan itu, maka sangat diharapkan agar perilaku
guru dapat menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh
yang dapat diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas
belajar mereka.
Sehubungan
dengan hal diatas, ada beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan
oleh Hamalik (2002), agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran
khususnya dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip
tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik
dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang
optimal, diantaranya:
1) Kebermaknaan; Suatu
bidang studi akan lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha
menghubungkannya dengan pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau).
Sesuatu yang menarik minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna
baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan
minat para siswanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan
serta memilih.
2) Modelling; Siswa
akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan dan ditirunya. Pelajaran
akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengupayakan
mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan
atau menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati
dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru.
3) Komunikasi Terbuka; Siswa
lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru
terbuka terhadap pengawasan siswa.
4) Prasyarat; Apa
yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting
yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya
guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat-prasyarat yang telah mereka
miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang bersyarat akan mudah mengamati
hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah mereka miliki dengan
pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari.
5) Novelty; Siswa
akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru (Novelty) atau masih asing.
6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan
Bermanfaat; Praktik
secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat pada buku tulis.
7) Latihan Terbagi; Siswa
lebih senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang
pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang.
8)
Kurangi Secara Sistematis Paksaan Belajar; Akan tetapi bagi siswa yang
sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi
dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri.
9) Kondisi yang Menyenangkan. Siswa
akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika kandisi pengajarannya
menyenangkan.
Sumber:
Dakir, 1993., Dasar-Dasar Psikologi,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Dja’ali, M. As’ad., 2001., Psikologi
Motivasi Minat Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka Media,
Malang
Djamarah, S. B., 2002., Psikologi
Belajar, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Hamalik, Oemar., 2001., Proses Belajar
Mengajar, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar., 2002., Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar., 2002., Psikologi
Belajar dan Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar