1.
Keterkaitan
Standar Proses pendidikan dengan standar lainnya yaitu sbb :
Standar
proses pendidikan berfungsi sebagai dasar perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu patokan yang terdapat dalam sistem pendidikan nasional yaitu standar proses pendidikan. Oleh karena itu bagaimanapun bagus dan idealnya standar kompetensi lulusan serta lengkapnya standar isi, namun tanpa diimplementasikankan ke dalam proses pendidikan, maka semuanya tidak akan berarti apa-apa. Jadi pada intinya semua standar harus berjalan seiring.
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu patokan yang terdapat dalam sistem pendidikan nasional yaitu standar proses pendidikan. Oleh karena itu bagaimanapun bagus dan idealnya standar kompetensi lulusan serta lengkapnya standar isi, namun tanpa diimplementasikankan ke dalam proses pendidikan, maka semuanya tidak akan berarti apa-apa. Jadi pada intinya semua standar harus berjalan seiring.
2.
a.
Peran guru dalam proses pembelajaran yaitu :
Guru
merupakan salah satu komponen situasi belajar. Keadaan guru dapat mempengaruhi
hasil belajar. Guru melakukan pendorong dalam belajar. Oleh karena itu perlu
diperhatikan keadaan guru berkaitan dengan kepribadian, kemampuan dan kondisi
fisik maupun mental, sehingga belajar akan dapat berlangsung dengan baik
dan sampai pada tujuan yang ingin dicapai.
1)
Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan
atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya
dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal
ini akan sangat menetukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2)
Guru Sebagai Pengelola Kelas
Mengajar dengan sukses berarti harus
ada keterlibatan siswa secara aktif untuk belajar. Keduanya berjalan seiring,
tidak ada yang mendahului antara mengajar dan belajar karena masing-masing memiliki
peran yang memberikan pengaruh satu dengan yang lainnya.
Keberhasilan/kesuksesan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas siswa
dalam belajar, demikian juga keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan pula
oleh peran guru dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan
pengetahuan dan pandangan (Ad. Rooijakkers, 1990:1). William Burton
mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya memberikan stimulus, bimbingan,
pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dalam hal
ini peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas agar terjadi PBM bisa
berjalan dengan baik.
Dalam hal ini tentu saja guru berharap
siswa mau belajar, baik dalam jam pelajaran tersebut atau sesudah materi dari
guru ia terima. Menurut Sagala (2003:12), belajar adalah kegiatan individu
memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan cara mengolah bahan
belajar. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan
siswa sama-sama mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu
interaksi yang aktif dalam PBM di kelas dan hal ini menjadi kunci kesuksesan
dalam mengajar. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi dalam diri siswa.
3)
Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar-mengajar. Dengan demikian jelaslah bahwa media pendidikan merupakan
dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian
integral demi berhasilnya proses pendidikan.
Sebagai fasilitator guru hendaknya
mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang
pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yang berupa narasumber,
buku teks, majalah ataupun surat kabar.
4)
Guru sebagai evaluator
Dalam dunia pendidikan, setiap jenis
pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode
pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya pada waktu-waktu tertentu selama
satu periode pendidikan tadi orang selalu mengadakan penilaian terhadap hasil
yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik. Penilaian
perlu dilakukan, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau
keefektifan metode mengajar.
b. Aktivitas guru dalam hubungannya dengan
ketrampilan dasar mengajar guru. Berdasarkan
pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah
seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan
pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada
lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah
penilaian berupa tanggapan/pendapat siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru
dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3. a.
Komponen-komponen Sistem pendidikan
yaitu :
Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses
mendidik minimal terdiri dari 6 komponen, yaitu :
- Tujuan Pendidikan
- Peserta Didik
- Pendidik
- Metode Pendidikan
- Isi Pendidikan / Materi Pendidikan
- Lingkungan Pendidikan
- Alat dan Fasilitas Pendidikan
1. Tujuan
Pendidikan
Tingkah laku
manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian
juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan.
Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu
pendidikan yang normative dan praktis.
2.
Peserta Didik
Peserta
didik sangat menunjang dalam proses pendidikan, dengan perkembangan konsep
pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan
konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengansumsikan
peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta
didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa.
3. Pendidik
Salah satu
komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis
pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas
pada pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah
beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam
lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan
pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik dilingkungan
masyarakat.
4.
Metode Pendidikan
Dalam
interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau bagaimana pendidikan
dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik,yaitu :
- Metode Diktatoral
Metode ini bersumber dari teori
empiris yang menyatakan bahwa perkembangan manusia semata-mat ditentukan oleh
faktor luar manusia. Metode ini menimbulkan sikap dictator dan otoriter,
pendidik yang menentukan segalanya.
- Metode Liberal
Bersumber dari pendirian
Naturalisme yang berpendapat bahwa perkembangan manusia itu sebagian besar
ditentukan oleh kekuatan dari dalam yang secara wajar ada pada diri manusia.
Pandangan ini menimbulkan sikap bahwa pendidik jangan terlalu banyak ikut
campur terhadap perkembangan anak. Membiarkan anak berkembang sesuai dengan
kodratnya secara bebas.
- Metode Demokratis
Bersumber dari teori konvergen
yang mengatakan bahwa perkembangan manusia itu tergantung pada faktor dari
dalam dan dari luar. Didalam perkembangan anak kita tidak boleh bersifat
menguasai anak, tetapi harus bersifat membimbing perkembangan anak. Disini
tampak bahwa pendidik dan anak didik sama-sama penting dalam proses pendidikan
untuk mencapai tujuan.
5. Isi Pendidikan/Materi Pendidikan
Isi
pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai
tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/materi yang
biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan
tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan
keterampilan, pendidikan jasmani dll.
6. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan
pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan
pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi
pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan pendidikan
adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen
pendidikan yang lain.
7. Alat dan
Fasilitas Pendidikan
Alat dan
fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, dengan adanya
fasilitas-fasilitas pendidikan maka proses pendidikan akan berjalan dengan
lancar sehingga tujuan pendidikan akan mudah dicapai. Misalnya
laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet dll.
b. Keterkaitan dari komponen-komponen sistem
pendidikan yaitu :
Sistem
pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai subsistem, bidang
ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing sebagai sistem. Pendidikan
formal, nonformal, dan informal merupakan subsistem dari bidang pendidikan
sebagai sistem dan seterusnya.
4.
a. Perbedaan teori belajar behavioristik dengan teori belajar kognitif
Salah satu teori psikologi belajar, yang merupakan
teori awal tentang belajar adalah Teori behaviorisme yaitu teori belajar yang
lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk
reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka. Ada 3 jenis belajar menurut teori behaviorisme
yaitu (1) Respondent Conditioning, (2) Operant Conditioning dan (3)
Observational Learning atau sosial-cognitive Learning.
Teori kognitif mengacu pada wacana psikologi kognitif,
dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau
cognition dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan sebagai
aktifitas mengetahui, memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan
pengetahuan (Lefrancois, 1985). Proses kognitif telah menjadi penting di bidang
penelitian psikologi, seperti psikologi perkembangan dan penelitian tetntang
motivasi. Salah satu faktornya ialah terbatasnya penjelasan mengenai aktivitas
manusia yang diberikan oleh behaviorisme.
b. Inti dari teori belajar behavioristik dengan teori
belajar kognitif.
·
Inti dari teori belajarkognitif adalah : Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri serta membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
·
Inti dari teori belajar behavioristik adalah
:
1.
Guru tidak
banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh
baik dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi.
2.
Bahan pelajaran
disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
3.
Tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu.
4.
Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati dan jika terjadi
kesalahan harus segera diperbaiki.
5. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
c. Prinsip-prinsip
penggunaan strategi pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan
Yang
dimaksud dengan prinsip-prinsip dalam bahasan ini adalah
hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran.
Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi
pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan.
Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri.
5.Prinsip-prinsip umum penggunaan
strategi pembelajaran sebagai berikut:
1.
Berorentasi pada tujuan
Dalam system pembelajaran tujuan merupakan komponen yang
utama. Segala aktifitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses
yang bertujuan. Oleh karenanya keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat
ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran.
2. Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong
aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas siswa,
akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas
mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap
sisw yang pura-pura aktif padahal sebenarnya tidak.
3.
Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa.
Walaupun kita mengajarpada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita
capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Demikian juga halnya dengan guru,
dikatakan guaru yang baik dan professional manakalah ia menangani 50 orang
siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan; dan sebaliknya, dikatakan guru yang
tidak baik atau tidak berhasil manakala ia menangani 50 orang siswa, 49 tidak
berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
4.
Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh
pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan
tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh
karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek
kepribadian siswa secara terintegrasi.
6.
Gambaran
umum tentang :
a.
Strategi
pembelajaran ekspositori (SPE) yaitu : adalah strategi pembelajaran
yang menekan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang
guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menuasai materi
pelajaran secara optimal.
1. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa
mengontrol urutan dengan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat
mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif
apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu
waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat
mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau bisa
mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4. Keungulan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang
besar.
b.
Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah :
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara
kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan
melalui tanya jawab antara guru dan siswa.
c.
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) adalah : rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. artinya dalam
implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa.
d.
Strategi Pemblajaran Kontekstual (CTL) adalah : konsep belajar yang bisa membantu guru
menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan realitas dunia nyata murid,
dan mendorong murid membuat interaksi antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dalam kaitan ini siswa dapat menyadari sepenuhnya apa makna
belajar, manfaatnya, bagaimana upaya untuk mencapainya dan dapat memahami bahwa
yang mereka pelajari bermanfaat bagi hidupnya nanti.
Sehingga mereka akan memposisikan diri sebagai diri mereka sendiri yang membutuhkan bekal hidupnya dan berupaya keras untuk meraihnya.
Sehingga mereka akan memposisikan diri sebagai diri mereka sendiri yang membutuhkan bekal hidupnya dan berupaya keras untuk meraihnya.
e. Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah : Dalam SPPKB,
materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa. Akan tetapi, siswa
di bimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses
dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
f.
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) adalah : rangkaian
kegiatan berlajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan. Melalui SPK siswa
tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan
belajar dari siswa yang lain.
g.
Strategi Pembelajaran Afektif (SPA) adalah : Berkaitan dengan nilai atau sikap seseorang. Dengan demikian
Nilai adalah
suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak
berada di dalam dunia yang empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan
seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak,
adil dan tidak adil ,dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar