Selasa, 25 Juni 2013

Kelimpahan dan Keanekaragaman Jenis Jenis Gastropoda Pada Zona Intertidal Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor



 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ekosistem pesisir dan laut merupakan ekosistem alamiah yang produktif, mempunyai nilai ekologis dan nilai ekonomis yang tinggi. Selain menghasilkan bahan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga, industri, ekosistem pesisir dan laut juga memiliki fungsi-fungsi ekologis penting antara lain sebagai penyedia nutrien, sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tumbuh besar serta tempat mencari makanan bagi beragam biota laut. Di samping itu ekosistem pesisir dan laut berperan pula sebagai pelindung pantai atau penahan abrasi bagi wilayah daratan yang  berada dibelakang ekosistem (Bengen, 2002).
Ekosistem pesisir memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar dalam sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Kekayaan sumber daya alam ini tersebar disepanjang pantai atau wilayah pesisir. Disepanjang pantai tersebut memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi dengan berbagai tipe ekosistem yang mempunyai ciri dan sifat yang khas (Anonimous, 1998).
Ekosistem pesisir letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut air laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat disubstrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang  tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, molusca dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut ( I.T. Webster, P.W. 2003).
Pantai merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup yang membutuhkan pengelolaan serta penanganan secara serius, hal ini dilakukan untuk menjaga agar lingkungan beserta fungsinya dapat dipertahankan dalam kaitanya dengan menjaga dan melestarikan  lingkungan.
Zona intertidal adalah daerah pantai yang terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah. Daerah ini merupakan daerah peralihan dari kondisi  lautan ke kondisi daratan. Walaupun luas daerah ini sangat terbatas, tetapi disini terdapat variasi faktor lingkungan yang sangat besar jika dibandingkan daerah bahari lainnya. Di daerah ini terdapat keanekaragaman kehidupan yang sangat besar dari pada di daerah subtidal yang lebih luas (Nybaken, 1992).
Radioptera, (1991) mengemukakan bahwa moluska sebagaian besar hidup dilaut yaitu disepanjang pantai dan perairan dangkal, beberapa hidup diperairan dalam dan beberapa lagi berenang aktif di daerah terbuka. Hampir semua moluska hidup disepanjang pantai yang merupakan daerah pasang surut (zona intertidal) dan beradaptasi terhadap serangan ombak yaitu dengan cara melekatkan diri pada substrat. Dengan kondisi pantai yang berbeda–beda maka keberadaan dan penyebaran hewan–hewan intertidal, khususnya gastropoda akan berbeda karena dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik pada habitat tersebut berbeda. Gastropoda sebagian besar hidup di laut, disepanjang pantai dan perairan dangkal, beberapa hidup di perairan dalam dan ada juga yang berenang aktif di daerah terbuka. Hampir semua gastropoda yang hidup disepanjang pantai yang merupakan daerah pasang surut serta mampu beradaptasi terhadap serangan ombak dengan  melekatkan diri pada substrat dan juga melindungi diri mereka dengan cara bersembunyi pada celah-celah batu.
Menurut Dharma (1988), gastropoda umumnya hidup di laut  tetapi ada sebagian yang hidup di darat. Gastropoda mempunyai peranan yang penting baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun ekologi. Dari segi ilmu pengetahuan keanekaragaman biota laut merupakan laboratorium alami yang menarik untuk dipelajari dan dikaji secara mendalam. Sedangkan bila dipandang dari segi ekonomi gastropoda mempunyai nilai jual, seperti Cypraea, Murex dan Trochus dimana cangkangnya digunakan untuk hiasan yang harganya mahal. Selain itu beberapa gastropoda juga dapat berperan  sebagai sumber bahan makanan karena mengandung nutrien, seperti Cymbiola yang dagingnya diambil untuk dikonsumsi, Haliotis (Abalone) dan Strombus (keong gonggong), selain sebagai lauk abalone telah diekstrak dan dibuat sebagai makanan tambahan (food suplement). Oleh karena itu keberadaan gastropoda perlu kita jaga dan lestarikan sehingga keanekaragaman dan kelimpahan jenis dari gastropoda tersebut dapat terjaga dan terpelihara dengan baik. Sedangkan dari segi ekologi gastropoda berperan sebagai konsumen, seperti: Cellana radiata.
Pantai Wolwal merupakan pantai yang terdapat pada perairan di Nusa Tenggara Timur,  khususnya dikecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor, dengan  panjang pantai ± 2 km. Karakteristik wilayah ini umumnya datar dan berpasir serta memiliki substrat berpasir dan berpasir berbatu. Wolwal merupakan zona intertidal yang memperlihatkan berbagai jenis sumberdaya yang dapat dimanfaatkan secara terus menerus dengan adanya berbagai jenis organisme laut atau biota laut seperti gastropoda dan jenis yang lainnya. Sampai saat ini belum  diketahui  jumlah dan  jenis  gastopoda pada zona inertidal pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor, sehingga perlu dilakukan  suatu kajian ilmiah  untuk mengetahui berbagai macam jenis gastropoda yang ada di daerah tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul: KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS GASTROPODA PADA ZONA INTERTIDAL PANTAI  DESA WOLWAL TENGAH KECAMATAN ALOR BARAT DAYA KABUPATEN ALOR.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, dapat dirumuskan masalah masalah sebagai berikut:
1.    Jenis-jenis gastropoda apa saja yang yang terdapat  pada zona intertidal    Pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya  Kabupaten Alor?
2.    Bagaimana kelimpahan jenis-jenis gastropoda pada zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor?
3.    Bagaimana keanekaragaman jenis gastropoda pada zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor?
4.    Bagaimana kondisi lingkungan yang mempengaruhi jenis-jenis gasropoda pada zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor ?
C.  Tujuan  Dan Kegunaan Penelitian
1.    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.    Untuk  mengetahui  Jenis-jenis Gastropoda pada zona Intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor.
b.    Untuk memgetahui Kelimpahan Jenis-Jenis Gastropoda pada Zona Intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten alor.
c.    Untuk  mengetahui keanekaragaman jenis gastropoda pada zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah, Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor.
d.   Untuk mengetahui kondisi lingkungan yang mempengaruhi jenis-jenis gastropoda pada zona intertidal pantai desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor
2.    Kegunaan Penelitian adalah :
a.    Sebagai informasi bagi instansi terkait dan pihak-pihak yang membutuhkan.
b.    Sebagai informasi bagi penelitian lanjutan.
c.    Untuk meningkatkan dan mengembangkan  pengetahuan penulis, serta menjadi bekal dalam mentransfer ilmu pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Krakteristik Gastropoda
Gastropoda berasal dari bahasa Yunani (Gaster = perut, Podos = kaki). Artinya hewan Gastropoda atau hewan-hewan yang memiliki kaki perut (Sutikno, 1995). Menurut Oemarjati (1990), mengatakan bahwa hewan kelas gastropoda umumnya bercangkang tunggal, yang terpilin membentuk spiral, beberapa jenis di antaranya tidak mempunyai cangkang, kepala jelas, umumnya dengan dua pasang tentakel kaki lebar dan pipih, memiliki rongga mantel dan organ-organ internal, bagi yang bercangkang, antara kepala dan kaki terputus, insang berjumlah kurang lebih satu atau dua buah, bernafas dengan paru-paru, organ reproduksi jumlah satu atau dua fertilasi secara internal dan eksternal.
1.         Morfologi
Sebagian besar struktur cangkang siput gastropoda terbuat dari kalsium karbonat, dan sebagian lainnya terdiri dari phosphate, bahan organic chorchiolin dan air (Sutikno, 1995). Siput-siput gastropoda yang hidup di air laut umumnya berbentuk Dekstral.
2.     Anatomi gastropoda
Menurut Hadmadi (1984) struktur anatomi gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh Gastropoda yang terdiri atas:
a.    Kepala
Pada kepala terdapat sepasang alat peraba yang dapat dipanjang pendekan. Pada alat peraba ini terdapat titik mati untuk membedakan terang dan gelap. Pada mulut terdapat lidah parut dan gigi rahang.
b.    Badan
Di dalam badannya terdapat alat-alat penting untuk hidupnya di antaranya ialah alat pencernaan, alat pernafasan serta alat genetalis untuk pembiakannya.
c.    Alat gerak
Gastropoda adalah hewan yang bertubuh lunak, berjalan dengan perut yang dalam hal ini disebut kaki. Gerakan Gastropoda disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot seperti gelombang, dimulai dari belakang menjalar ke depan. Pada waktu bergerak, kaki bagian depan memiliki kelenjar untuk menghasilkan lendir yang berfungsi untuk mempermudah berjalan, sehingga jalannya meninggalkan bekas.       
3.    Fisiologi gastropoda
a.    Pertumbuhan
Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya terletak di depan, cangkang berikut isi perutnya tergulung spiral ke arah belakang. Pertumbuhan dari gastropoda terjadi lebih cepat di waktu umurnya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Ada gastropoda yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula pertumbuhannya terhenti setelah dewasa.
b.    Respirasi dan Peredaran darah
Pada gastropoda darat, pernafasan menggunakan sebuah paru-paru yang disebut “Pulmonate”, pada Gastropoda yang hidup di air tempat pulmonate itu ditempati oleh insang, paru-paru merupakan anyaman pembuluh darah pada dinding luar. Udara masuk dan keluar melalui porus respiratorius. Darah yang berasal dari tubuh mengalami aerasi di dalam paru-paru dan kemudian dipompakan oleh jantung melalui arteri ke arah kepala, kaki dan viscera (alat-alat dalam) Sutikno (1995).                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          
c.    Ekskresi
Menggunakan Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel. Sistem peredaran darah adalah sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel) yang terletak dalam rongga tubuh.sebuah ginjal, mengeluarkan zat-zat sisa dari rongga Pericardial yang mengelilingi jantung dan membuangnya ke dalam rongga mantel Sutikno (1995).
d.   Sistem Reproduksi
Setiap individu Gastropoda mempunyai alat kelamin jantan dan betina (Hermaprodit). Gastropoda melangsungkan peroses perkawinannya dengan cara sel telur setelah dibuahi oleh sperma akan terjadi zigot dan menjadi telur. Telur ini akan dikeluarkan dari saluran telur satu persatu dari saluran telur siput betina. Gastropoda yang hidup di laut mengamankan telur-telurnya dengan meletakkan di dalam selaput agar-agar. Bentuk selaput perlindungan ini bermacam-macam banyak diantaranya yang berbentuk kapsul dan setiap kapsul dapat berisi satu sampai ratusan telur didalamnya. Ada induk yang menjaga tetlurnya tetapi ada pula yang meninggalkan telurnya (Dharma, 1988).
B.  Klasifikasi Gastropoda
Gastropoda umumnya hidup di laut, pada perairan yang dangkal dan
perairan yang dalam. Menurut Dharma (1988) kelas Gastropoda dibagi dalam
tiga sub kelas yaitu: 
Prosabranchia, Ophistobranchia dan Pulmonata.
1.         Sub Kelas Posobranechia
Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior, sistem syaraf terpilin membentuk angka delapan, tentakel berjumlah dua buah. Bercangkang. Umumnya tertutup oleh operkulum. Kebanyakan hidup di laut tetapi ada sebagian yang hidup di darat
2.         Sub Kelas Opisthebranchia
Kelompok gastropoda ini memiliki dua buah insang yang terletak di posterior, cangkang umumnya tereduksi dan terletak didalam mantel, nefridia berjumlah satu buah, jantung satu ruang dan organ reproduksi berumah satu kebanyakan hidup di laut.
3.    Sub Kelas Pulmonata
Bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata, rongga mentel terletak di interior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah satu.
C.  Ekologi Zona Intertidal
Ekologi merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam mempelajari studi lapangan disuatu daerah tertentu. Hal ini disebabkan karena kehidupan dicirikan oleh berbagai organisme  dan di dalam kehidupan sudah tentu memberikan gambaran kepada kita tentang adanya interaksi antara sesama.
Ekologi biasa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang interaksi faktor-faktor biotik dan abiotik, selanjutnya dikatakan bahwa ekologi biotik yang dipelajari adalah organisme, populasi komunitas dan ekosistem (Black, 1996). Sedangkan Heddy, (1986)  mendefinisakan bahwa ekologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungan.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi organisme dan lingkungan baik faktor biotik maupun abiotik adalah organisme sebagai individu, sebagai suatu spesies yang hidup dalam suatu daerah dan membentuk suatu populasi dari beberapa populasi spesies yang cenderung hidup bersama membentuk suatu komunitas ekologi. Selanjutnya suatu komunitas dalam interaksinya akan membentuk suatu ekosistem dan membentuk suatu kesatuan yang paling kompleks  dan saling mempengaruhi.
Dengan demikian keanekaragaman kehidupan organisme pada zona intertidal dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti:
1.    Pasang Surut
Naik dan turunnya permukaan laut secara periodik selama satu interval waktu tertentu disebut pasang-surut. Pasang surut  merupakan faktor lingkungan yang paling penting untuk mempengaruhi kehidupan dizona interdal. Pasang surut terjadi karena interaksi antara gaya grativitasi matahari dan bulan terhadap bumi serta gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh rotasi bumi dan bulan. Pasang surut terjadi secara teratur dan dapat diramalkan, maka pasang surut cendrung meningkat menimbulkan irama mencari makan atau kegiatan lainnya. Kebanyakan organisme intertidal tinngi diam jika pasang surut, dan kembali melakukan aktivitas seperti biasa jika pasang naik.
2.    Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Perubahan suhu dapat membuat organisme intertidal mengadakan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh. Mekanisme yang digunakan organisme mencangkang keras seperti molusca adalah dengan memperluas cangkang dan memperbanyak ukiran pada cangkang. Ukiran tersebut berfungsi sebagai sirip radiator hilangnya panas. Suhu juga mempunyai pengaruh yang tidak langsung. Organisme laut mati karena kehabisan air. Kehabisan air dapat dipercepat dengan meningkatnya suhu dengan demikian kebanyakan organisme interdal mempunyai persediaan air yang cukup.
3.    Gerakan Ombak
Gerakan ombak yang mempinyai kehidupan pantai secara langsung melalui dua cara yaitu:
a)    Pengaruh mekaniknya ombak menghancurkan dan menghanyutkan benda yang terkena sehingga hewan apapun yang berada di zona itu harus beradaptasi dengan lingkungan. Cara adaptasi terhadap gempuran ombak adalah dengan meletakan diri pada subsrata dan mempertebal cangkang.
b)   Pada pantai-pantai yang terdiri dari pasu atau kerikil, kegiatan ombak yang besar dapat membongkar subsrat disekitarnya sehinnga memoegaruhi bentuk zona.
4.    Salinitas
Jumlah total materi terlarut (garam) di dalam air laut merupakan bagian dari salinitas dapat mempengruhi organisme di zona interdal melalui 2 (dua) cara yaitu:
a.    Selama keterbukaan pada saat pasang suru turun, genangan pasang menjadi panas, ketika hal itu berlangsung, terjadi penguapan dan salinitas meningkat.
b.    Ketika hujan lebat terjadi pada saat pasang turun dapat membanjiri genangan dengan air tawar sehingga salinitas menurun secara drastis.                                                                                                                          
5.    Substrat
Berdasarkan ukuran butiran pada daerah pantai maka dibedakan menjadi tiga tipe yaitu pantai berpasir, pantai berbatu dan pantai berlumpur. Ukuran butiran sangat menentukan bermacam-macam spesies. Makin besar butiran, makin besar volume ruang intertitial, makin besar pula organisme intertitial yang dapat mendiami tempat itu. Fauna intertitial cenderung menghiolanh apabila media ukuran butir pasirnya lebih kecil dari 0,1 mm (Fenche, 1978).
D.  Kelimpahan
1.    Konsep kelimpahan
Kelimpahan organisme adalah jumlah individu pada suatu area. Cara menghitung kelimpahan yang paling akurat adalah dengan cara menghitung setiap individu pada area tersebut. Umumnya tidak dapat menghitung semua individu dalam ekosistem dan walaupun mungkin, maka dibutuhkan waktu yang banyak. Menurut J.B.S Andane, kelimpahan ditentukan oleh gabungan pengaruh faktor  serta semua proses mengenai populasi tergantung atau tidak tergantung pada populasi hanya dapat diubah oleh kelahiran, kematian oleh migrasi (Begon dkk, 1986).
2.    Kelimpahan dapat diukur dengan dua cara yaitu:
Kelimpahan absolut atau jumlah individu-individu per unit area. Kelimpahan relatif adalah populasi spesies yang mendukung kelimpahan  total. Untuk menghitung nilai kelimpahan suatu spesies dengan menggunakan rumus (Michael, 1995). Yaitu :
3.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kelimpahan yaitu:
Ada tujuh parameter utama yang menentukan tingkat kelimpahan populasi yaitu sebagai berikut:
a.    Natalitas
Menentukan jumlah melalui produksi individu–individu baru hasil perkembangbiakan. Pengertian natalitas mencakup dua aspek perkembangbiakan yaitu yang disebut fekunditas yang menunjukan potensi populasi untuk menghasilkan individu baru dan fertilitas yang lebih menunjukan kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi.
b.    Mortalitas
Merupakan kematian spesies dalam suatu populasi. Dalam kondisi lingkungan yang bagaimanapun ideal dan optimum, spesies dalam populasi akan mengalami kematian yang disebabkan oleh umur (senenses).
c.    Imigrasi
Imigrasi yaitu fenomena masuknya individu–individu dari area lain ke dalam populasi dan meningkatkan tingkat kelimpahan populasi itu. Penyebab utama terjadinya imigrasi yaitu adanya kompetisi atau persaingan individu-individu sesama jenis.
d.   Emigrasi
Merupakan suatu pergerakan pindah atau pemencaran yang bersifat khas, karena melibatkan individu populasi secara menyeluruh dan terjadi secara periodik dan menyangkut pergerakan bolak–balik antar dua daerah.
e.    Kompetisi
Pengaruh kompetisi terhadap kelimpahan individu yaitu sangat berpengaruh besar karena individu–individu ini akan saling bersaing untuk mendapatkan makanan dan juga tempat untuk mereka dapat berkembangbiak. 
f.     Predasi
Predasi menunjukan bahwa terdapat lebih banyak pemangsa dan parasit di daerah tropik dari pada di daerah yang lain, dengan demikian akan menurunkan populasi pemangsa sehingga persaingan antara pemangsa pun menurun.
g.    Waktu
Suatu komunitas secara beragam mengikuti waktu. Akibatnya komunitas yang lebih tua memiliki lebih banyak jenis daripada komunitas yang lebih muda.
E.  Keanekaragaman
1.    Konsep keanekaragaman
Menurut Primack dkk (1998), keanekaragaman jenis menunjuk jenis pada seluruh ekosistem, sementara Desmukh (1992), menyatakan bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah jenis dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi keanekaragaman jenis adalah menunjuk pada jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis.
2.    Pengukuran keanekaragaman
Odum (1993), menyatakan bahwa ada dua komponen keanekaragaman jenis yaitu kekayaan jenis dan kesamarataan. Kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kekayaan jenis dapat dihitung dengan indeks jenis atau area yakni jumlah jenis per satuan area. Kesamarataan atau akuitabilitas adalah pembagian individu yang merata di antara jenis. Namun pada kenyataan setiap jenis itu mempunyai jumlah individu yang tidak sama. Kesamarataan menjadi maksimum bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama atau rata, cara sederhana mengukur keanekaragaman jenis adalah menghitung jumlah jenis  (S) atau spesies richnes (Soegianto, 1994). 
Seperti formulasi berikut ini :      H’ = -∑(pi ln pi)        (Odum, 1993)
Di mana:
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon
Pi  : n
3.    Faktor–faktor yang mempengaruhi keanekaragaman jenis.
Ada enam faktor penting yang mempengaruhi keanekaragaman jenis yaitu sebagai berikut:
a)    Waktu
Keanekaragaman biotik merupakan suatu produk evolusi, oleh karena itu tergantung pada lamanya waktu yang tersedia bagi biota untuk dapat berkembang dalam suatu pola kehidupan yang tidak terganggu.
b)   Heterogenitas spasial
Memiliki pengaruh yang kuat terhadap keanekaragaman jenis. Di daerah pegunungan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, hal ini dipengaruhi oleh topografi yang tinggi dan mengandung banyak habitat yang berbeda dan juga banyak menghasilkan isolasi populasi geografi sehingga lebih banyak mengacu pada spesiasi.
c)    Kompetisi
Kompetisi ada dua jenis yaitu kompetisi intraspesifik dan kompetisi interspesifik. Kompetisi intraspesifik adalah kompetisi yang terjadi dalam anggota kelompok jenis yang sama sedangkan kompetisi interspesifik adalah kompetisi yang terjadi pada anggota jenis yang berbeda (antar jenis).
d)   Predasi
Predasi dan kompetisi dapat saling melengkapi dalam mempengaruhi keanekaragaman jenis. Predasi menjadi interaksi yang dominan dalam mempengaruhi keanekaragaman, sedangkan dalam komunitas yang sederhana kompetisi menjadi interaksi yang dominan.
e)  Stabilitas lingkungan
Parameter lingkungan yang lebih stabil di suatu tempat akan lebih banyak jenis yang hidup di tempat tersebut.
f)   Produktivitas
Connel dan Orians (1994) dalam Skolastika (2009) memperkenalkan suatu modifikasi umum mengenai faktor produktivittas adalah gagasan mengenai peningkatan secara perlahan–lahan pembagian di daerah tropik. Gagasan ini menghubungkan hipotesis stabilitas dan produktivitas serta menyatakan bahwa stabilitas dari produksi primer merupakan penentuan utama keanekaragaman jenis disuatu komunitas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan  di Pantai  Desa Wolwal  Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor dan berlangsung selama dua bulan yaitu dilaksanakan   bulan Mei sampai Juni 2011.
B.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang disiapkan yaitu:
1.    Alat
a.    Kamera
b.    Ember plastik
c.    Meter rol 
d.   Toples
e.    Salinometer
f.       Termometer
g.    pH meter
h.    Buku kunci identifikasi atau kunci determinasi
2.    Bahan
a.    Formalin 4% 
b.    Buku
c.    Balpoint dan pensil
d.   Kayu patok
e.    Tali rafia
C.  Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadran atau line transek,  dimana setiap transek akan dibuat plot untuk mepermudah penulis dalam melakukan penelitian.  
D.  Prosedur Kerja
1.    Observasi
Observasi dilakukan selama 1 hari sebelum melakukan penelitian. Observasi merupakan langkah awal untuk mendapat gambaran umum mengenai lokasi dan letak lokasi penelitian.
2.    Langka langkah kerja sebagai berikut:
a.    Menarik garis transek tegak lurus dari pasang tertinggi ke surut terjauh sebanyak 3 garis transek, dimana jarak antara masing-masing transek adalah 35 meter.
b.    Dari tiap-tiap garis transek dibuat plot dengan ukuran 10 x 10 meter, dengan jarak antara plot adalah 2 meter.
c.    Melakukan pengamatan  dan pencacahan dengan cara mencocokkan spesimen yang di temukan dengan gambar dalam buku atau internet.
d.   Setiap objek yang ditemukan diambil satu contoh spesimen dan di masukan ke dalam stoples yang berisi larutan formalin 4%.
E.  Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan yang di ukur dalam penelitian ini adalah suhu, pH, salinitas dan substrat (pantai berbatu dan berpasir).
F.   Analisis Data.
1.    Kelimpahan, Untuk mengetahui kelimpahan jenis, maka dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Michael, 1995)
Kriteria tingkat kelimpahan:

                   =  tidak ada
1 – 10             =  kurang
            11- 20              =  cukup
            >20                  =  sangat banyak
2.    Keanekaragaman, Untuk menghitung keanekaragaman jenis-jenis gastropoda dapat digunakan indeks keanekaragaman Shanon Wiener dengan rumus sebagai berikut:
H’ = -∑(pi ln pi)      (Odum, 1993)
   Di mana :
   H’        :  Indeks keanekaragaman Shannon
   Pi         :  n

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pantai  Wolwal  merupakan bagian dari pulau Alor yang terdapat pada Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor. Pantai desa Wolwal Tengah  memiliki batas-batas wilayah  adalah sebagai berikut:
·      Sebelah Timur berbatasan dengan Faaming.
·      Sebelah Barat berbatasan dengan Matap
·      Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kabola
·      Sebelah Selatan berbatasan dengan Watakika
Pantai Desa Wolwal Tengah merupakan salah satu wilayah yang menyimpan berbagai keanekaragaman hayati yang mempunyai nilai ekonomis dan ekologis bagi masyarakat setempat  maupun biota laut yang hidup di dalamnya antara lain ikan, karang, gastropoda dan echinodermata.
Pantai Desa Wolwal Tengah memiliki karakteristik yang beragam yaitu berbatu, berpasir dan berpasir berlumpur. Dengan karakteristik seperti ini, maka pantai ini akan dihuni oleh berbagai jenis organisme laut salah satunya adalah siput atau keong.
2.    Deskripsi Jenis-Jenis Gastropoda Pada Zona Intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor
Berdasarkan hasil penelitian dan identifikasi jenis gastropoda yang ditemukan pada zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah dengan mengacu pada Dharma (1992), maka ditemukan 16 jenis gastropoda dengan jumlah individu sebanyak 122.  Ke-16  jenis tersebut masuk dalam 12 famili dan 16 genus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1. Jenis-jenis gastropoda yang ditemukan pada zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah (2011)

No
Nama Famili
Nama Genus
Nama Spesies
1
Conidae
Conus
Conus praecellens
Conus pulcher
2
Cypraeidae
Cypraea
Cypraea tigris
3
Fasciolaridae
Laitirus
Leucozonia
Peristernia
Laitirus gibbulus
Peristernia nassatula
4
Neritidae
Nerita
Nerita maxima
5
Olividae
Oliva
Oliva olive
Oliva sayana
6
Strombidae
Strombus
Lambis
Strombus urceus
Lambis lambis
7
Bucinidae
Siphonalia
Macron
Macron aethiops
8
Bursidae
Bursa
Bursa sp
9
Columbellidae
Parametaria
Parametaria macrostoma
10
Melogenidae
Pugilina
Pugilina morio
11
Potamidae
Cerithidea
Cerithidea cingulata
12
Volutidae
Volutae
Volutae braea

Hasil pengamatan serta identifikasi jenis-jenis gastropoda yang ditemukan pada saat penelitian adalah 16 genus dan 12 famili yaitu: Conidae, Cypraeidae, Fasciolaridae, Neritidae, lividae, Strombidae, Bucinidae, Bursidae, Columbellidae, Volutidae, Potamidae, dan Melogenidae dan 16 genus yaitu: Conus, Cypraea, Laitirus, Leucozonia, Peristernia, Nerita, Oliva, Strombus, Lambis, Siphonalia, Macron, Bursa, Parametaria, Pugilina, Volutae, dan Cerithidea yang terdiri dari 16 jenis yaitu: jenis Oliva oliva, Oliva sayana, Parametaria macrostoma, Conus praecellens, Cypraea tigris, Peristernia nassatula, Nerita maxima, Cerithidea cingulata, Strombus urceus, Bursa sp, Pugilina morio, Lambis lambi, Macron aethiops, Volutae braea, Conus pulcher, dan Laitirus gibbulus.
3.    Kelimpahan  Jenis Gastropoda Pada Zona Intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah
Kelimpahan tiap jenis gastropoda dihitung berdasarkan banyaknya individu yang berada pada lokasi penelitian.
Tabel 2. Kelimpahan jenis gastropoda di zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah
No
Nama Spesies
Jmlah Plot
Jumlah Individu
Kelimpahan
(Individu/m2)
Kategori
1
Conus praecellens
11
138
12,54
Cukup
2
Laitirus gibbulus
9
100
11,11
Cukup
3
Oliva oliva
16
172
10,75
Cukup
4
Oliva sayana
15
160
10,66
Cukup
5
Peristernia nassatula
8
85
10,62
Cukup
6
Nerita maxima
8
72
9
Kurang
7
Parametaria macrostoma
13
150
8,95
Kurang
8
Cerithidea cingulata
10
62
6,2
Kurang
9
Bursa sp
9
54
6
Kurang
10
Strombus urceus
11
60
5,45
Kurang
11
Pugilina morio
8
37
4,62
Kurang
12
Lambis lambis
4
13
3,25
Kurang
13
Macron aethiops
3
8
2,66
Kurang
14
Volutae braea
5
14
2,8
Kurang
15
Conus pulchera
2
5
2,5
Kurang
16
 Cypraea tigris
1
3
1,5
Kurang

Total                                                                                  
133
1155
108,61

Dari tabel diatas terlihat bahwa total kelimpahan jenis gastropoda yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah 108,61 dengan tingkat kelimpahan jenis tertinggi adalah spesies Conus praecellens terdapat dalam 11 plot  yaitu 12,54 dengan jumlah 138 indivuidu, sedangkan tingkat kelimpahan jenis terendah adalah spesies Cypraea tigiris terdapat dalam 1 plot  yaitu 1,5 dengan jumlah  sebanyak 3 individu.      
4.    Keanekaragaman Jenis Gastropoda Pada Zona Intertidal Pantai DesaWolwal Tengah.
Hasil perhitungan keanekaragam jenis gastropoda bahwa spesies Oliva olive yang dominan ditemukan yakni terdapat dalam 16 plot  dengan jumlah individu sebanyak 172 dengan nilai pi 0,07 dan -∑ pi ln pi 0,18.  
Tabel 3. Keanekaragaman jenis gastropoda di zona intertidal Pantai Desa Wolwal Tengah
No
Nama Spesies
Jmlah Plot
Jumlah Individu
pi
-∑ pi ln pi
1
Oliva olive
16
172
0,07
0,18
2
Oliva sayana
15
160
0,06
0,16
3
Parametaria macrostoma
13
150
0,06
0,16
4
Conus praecellens
11
138
0,05
0,14
5
Laitirus gibbulus
9
100
0,04
0,12
6
Peristernia nassatula
8
85
0,03
0,10
7
Nerita maxima
8
90
0,03
0,10
8
Cerithidea cingulata
10
62
0,02
0,07
9
Strombus urceus
11
60
0,02
0,07
10
Bursa sp
9
54
0,02
0,07
11
Pugilina morio
8
37
0,01
0,04
12
Lambis lambis
4
13
0,005
0,02
13
Volutae braea
5
14
0,006
0,02
14
Macron aethiops
3
12
0,005
0,02
15
Conus pulcher
2
5
0,002
0,01
16
 Cypraea tigris
1
3
0,001
0,006

Total
133
1155
0,459
1,286
          
Hasil Perhitungan keanekaragaman jenis gastropoda pada tabel 3 menggambarkan keanekaragaman jenis terendah adalah spesies Cypraea tigris yakni hanya terdapat pada  1 plot dengan  jumlah  3 individu, pi 0,001 dan -∑ pi ln pi 0,006.
5.     Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan adalah faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme dalam proses perkembangannya sehingga parameter lingkungan sangat perlu untuk diperhatikan dan diukur.
Tabel 4. Nilai parameter lingkungan yang diamati pada pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor

No
Parameter Lingkungan
Nilai
Ket
1
Suhu
29-30ºC
Baik
2
pH
7

3
Salinitas
18%
Baik
4
Substrat
Berbatu, berpasir
Baik
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada Pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya ditemukan jenis gastropoda pada zona intertidal, dan hasil pengamatan jenis-jenis gastropoda yang ditemukan pada saat penelitian adalah 16 genus dan 12 famili yaitu: Conidae, Cypraeidae, Fasciolaridae, Neritidae, lividae, Strombidae, Bucinidae, Bursidae, Columbellidae, Volutidae, Potamidae, dan Melogenidae dan 16 genus yaitu: Conus, Cypraea, Laitirus, Leucozonia, Peristernia, Nerita, Oliva, Strombus, Lambis, Siphonalia, Macron, Bursa, Parametaria, Pugilina, Volutae, dan Cerithidea yang terdiri dari 16 jenis yaitu: jenis Oliva oliva, Oliva sayana, Parametaria macrostoma, Conus praecellens, Cypraea tigris, Peristernia nassatula, Nerita maxima, Cerithidea cingulata, Strombus urceus, Bursa sp, Pugilina morio, Lambis lambi, Macron aethiops, Volutae braea, Conus pulcher, dan Laitirus gibbulus. Kelimpahan jenis Olova olive paling dominan jika dibandingkan dengan jenis yang lainnya, Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi jenis ternyata dari jenis Olova olive mempunyai ketersediaan terbesar yakni 172 individu dengan niali kelimpahan mencapai 10,75 Sedangkan jenis yang mempunyai nilai kelimpahan terendah adalah Cypraea tigris yakni 3 individu dengan nilai kelimpahan 1,5.
Total individu gastropda di kawasan Pantai Wolwal Tengah Kecamaatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor adalah 1,155 dengan tingkat kelimpahan 108,61. Indeks keanekaragaman (pi) Gastropoda di Pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor Barat Daya Kabupaten Alor 1,286. Menurut Soegianto (1994), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit jenis dan jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena dalam komunitas itu terjadi interaksi jenis yang tinggi pula. Jadi dalam suatu komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis tinggi akan terjadi interaksi jenis yang melibatkan transfer energi (jaring-jaring makanan), predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks.
Hewan Gastropoda di Pantai Desa Wolwal yang lebih dominan atau jumlahnya lebih banyak adalah Oliva olive, dimana hewan tersebut melimpah diduga karena spesies tersebut telah mampu beradaptasi dan cocok hidup pada lingkungan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tersebut mempunyai kisaran yang cukup luas terhadap faktor lingkungan, mampu berkembangbiak dengan cepat dan disebabkan oleh cara penyebaran yang luas serta mempunyai daerah jelajah yang digunakannya untuk mencari dan memanfaatkan sumber daya yang diperlukan. Menurut Odum (1993), jenis dominan sebagian besar mengendalikan arus energi dan kuat sekali mempengaruhi lingkungan.
Parameter lingkungan yang mempengaruhi tingkat keanekaragamann suatu spesies adalah suhu, salinitas, pH dan substrat. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, nilai kisaran suhu di Pantai Desa Wolwal adalah 29–300C. Stoddart dan Yonge (1971), mengatakan bahwa suhu perairan yang cocok untuk kehidupan organisme di laut yaitu antara 27–37oC, sehingga suhu di Pantai Desa Wolwal tersebut masih dalam kisaran toleransi bagi Gastropoda untuk bertahan hidup.
pH merupakan faktor yang penting untuk mengontrol aktifitas dan distribusi organisme yang hidup dalam suatu perairan. Menurut Asikin (1982), pH yang optimum untuk kehidupan organisme laut adalah antara 6–8 dan hasil pengamatan di lapangan, nilai pH di Pantai Desa Wolwal adalah 7 yang berarti masih dalam batas maksimum pH yang optimal, sehingga Gastropoda masih terus bertahan hidup.
Salinitas yang optimum untuk kehidupan organisme laut yaitu antara 27–34 0/00 (Asikin, 1982). Salinitas di Pantai Desa Wolwal berkisar antara 18 0/00.  Sedangkan  menurut Nontji (1986), di perairan pantai salinitas bisa turun rendah karena terjadi pengenceran oleh air tawar, misalnya oleh air sungai yang mengalir ke laut.
BAB V
PENUTUP 
A.  Kesimpulan
Jenis gastropoda yang ditemukan pada zona intertidal pantai Desa Wolwal Tengah Kecamatan Alor barat daya Kabupaten Alor yang berbatu dan batu berpasir terdapat 16 jenis dengan kelimpahan jenis gastropoda yang tertinggi adalah Euspira poliana dan nilai terendah adalah Cypraea tigris.
B.  Saran
1.      Bagi peneliti  lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan diharapkan dapat  mengkaji dengan kajian yang berbeda
2.      Bagi masyarakat sekitar hendaknya dapat memanfaatkan gastropoda sebagai sumber perekonomian dan juga makanan tanpa harus merusak atau mengganggu kelestarian kawasan pantai tersebut
3.      Bagi pemerintah, hendaknya dapat melakukan pelestarian lingkungan disekitar  pantai, untuk menjaga dan memelihara kelestarian dari populasi gastropoda dan mahluk hidup lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1998. Keanekaragaman Hayati Laut Aset pembangunan bekelanjutan Indonesia, Penerbit PT, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Boimau, E, 1997. Inventarisasi jenis-jenis Hewan Moluska dari kelas gastropoda pada daerah pasang surut Pantai Otan Semau, Skripsi Tidak Diterbitkan.

Dharma, B, 1988. Indonesian Shells, Jakarta: Sarana Graha.

Fono, B, 1999. Kelimpahan dan Keanekaragaman Gastropoda Pada Hutan Manggrove Pantai Oebelo Kupang, Skripsi FKIP Nusa Cendana, Kupang.

Gaol, M. L, 2003. Ekologi Dasar. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Univesitas Nusa Cendana Kupang.

Krebs, C. J, 1985. Metode Bioekologi, Bumi Aksara Jakarta.

Ny bakken 1992. Biologi Laut, PT Gramedia, Jakarta.

Nontji, A, 2002. Laut Nusantara, Penerbit Djambatan edisi ke 3.

Nugroha A. Dharma, 2005. Pengenalan Biota serta Identifikas Jenis Terubu Karang, http://www,gogle,com / Jakarta.

Odum, E. P, 1993. Dasar–Dasar Ekologi, Terjemahan Tjahjono Samingan, Yogyakarta; Gajah Mada University Press.

Radioptera, 1991. Zoologi, Jakarta: Jambatan.

Soegianto, 1994. Ekologi Kuantitatif, Penerbit: Usaha Nasional Surabaya.

Webb, W. F, 1935. Hand Book for Shell Collector, Revised Edition, Six teenth Edition.

http://www,pdfqueen,com /Identifikasi Jenis-jenis molusca.

http://www,pdfstation,com/Keanekaragaman Jenis – jenis Gastropoda.

4 komentar:

  1. Terima Kasih mbak sudah di share..
    Saya mau tanya, rumus kelimpahannya apa ya? soalnya tidak ada dalam artikel diatas..
    tolong dijawab ya,,, terima kasih

    BalasHapus
  2. yang ini kerend nona,, mantap.. semoga peelitian saya juga bisa di pulau alor,,,kk saya boleh tidak minta saran judul buat proposal penelitian dan skripsi,,tolong di jawab ea ,,syalom

    BalasHapus
  3. Mksih sangat membantu sekali, cuma saya kurang paham mengenai kelimpahan dan keanekaragaman, tolong penjelasannya, trima ksih

    BalasHapus
  4. admin, terimakasih infonya, sungguh bermanfaat.
    bagaimana ya cara mendapatkan ebook atau sejenisnya tentang keanekaragaman jenis gasteropoda?

    BalasHapus